AL-GHAJALI
DENGAN TEORI MA’RIFAHNYA
Abu
hamid muhamad al-ghajali itu nama lengkapnya yang sering di panggil al-ghajali
ia merupakan termasuk sosok seribu satu ulama salaf pemikir terbesar islam yang
juluki sebagai Hujjatul islam( bukti
kebenaran islam) bertanggal lahir
1059 M di Ghajelah dekat Tus di khurasan. Beliau ini mungkin orang-orang aktif
dalam berbagai bidang keagamaan terutama dalam hal pemikiran teologi agama. Hal
ini di picu sebagian besar oleh saat
masa mudanya belajar di nisyapur dan khurasan di bawah pimpinan
al-Haramain al-juwaini. Di sinilah beliau mendapat pengajaran ekstra dari
guru-gurunya di antaranya mendapat pengajaran teologi islam, logika, falasafah,
sufisme dan ilmu-ilmu alam.
Pemikiran
al-ghajali menurut berbagai litratur yang urgen ialah Teori
ma’rifahnya.al-ghajali dalam hal ini membagi alam menjadi dua yaitu alam syahadah (alam empiris) dan alam ghaib (alam malakut). Manusia merupakan
mahluk yang menempati kedua alam ini dan manusia ini bisa mengetahui kedua alam
tersebut dengan dua jenis ma’rifah yang berberda. Manusia ini bisa mendapatkan
pengetahuan tentang alam syahadah melalui daya-daya jasmani seperti panca
indra, khayalan, berfikir dan sebaginya. Objek ma’rifat dari alam ini terdiri
dari objek pemikiran (ma’qulat) objek pengindraan (mahsusat) dan hal-hal yang di terima (maqbulat).imam al-ghajali mengakui dua objek ma’rifat yang
bisa mengantar kepada ma’rifat yaitu maqulat dan mahsusat,karna segala
perubahan itu terjadi dengan sendirinya.namun ma’rifah tidak melampaui
alam-alam yang tersebut.
Keaktifan
beliau dalam pemikiranya tidak terlepas dari pengalamanya dulu menjadi guru di
madrasah al-nizamiah bagdad. Dengan ini al-ghajali terus berusaha menuntaskan
risau dalam fikiranya termasuk terkait teori ma’rifahnya,manusia mengetahui
alam ghaib (malakut) bisa dengan kontemplasi tafakur ya’ni ‘’ Jiwa mengambil
faidah dari jiwa semesta’’ kemudian ma’rifat hakiki bisa di peroleh hati
melalui emanasi dalam hal ini mengumpamakan hati dan Luh Mahfudz dengan cermin
karna keduanya terdapat citra keduanya ada. Jika tidak tercermin seperti di Luh
mahfudz berarti ia terhijab dari alam ghaib.ilmu itu banyak macamnya akan
tetaoi ilmu yang dapat memberikan keyakinan Cuma ada dua di antaranya ilmu muamalah(ibadah) dan ilmu mukasyafah (rasa batin).
Selanjutnya al-ghajali menegaskan bahwa hati manusia itu mempunyai dua pintu
ya’ni yang di buka ke alam malakut dalam artian Luh nahfudz dan alam
malakut,kedua yang di buka panca indra terikait dengan alam empiris alam ini
juga memantul alam malakut dalam kadar tertentu.
Imam
al-ghajali terkait pemikiranya tidak terlepas dari teori Plato yang juga di
jadikan al-ghajali sebagai dasar konsepsinya dalam ma’rifat.
Ada
empat tingkat alam ini ;
pertama,
wujud di Luh mahfudz kedua, wujudnya yang hakiki ketiga, wujudnya yang hakiki
dan khayali keempat wujud yang khayali dan hakiki ya’ni citranya dalam hati.
Wujud alam Luh mahfudz hanya bisa di ketahui oleh para nabi dan wujud yang
lainya bisa di ketahui oleh para ulama dan hukama, Jadi ma’rifat yang paling
tinggi tingkat dan derajatnya adalah ma’rifat yang di peroleh dengan dzauq
pengalaman batin,ya’ni ma’rifat mistik karna dapat memberi keyakinan yang
membawa kepada ketenangan dan kesejahteraan batin.
Dengan
memahami apa yang di kemukakan imam al-ghajali kita semua bisa menjadi mahluk
yang mulia di sisi allah kemudia besar harapan semoga kedepan terlahir
al-ghojali-al-ghojali baru yang bisa memeberi penerangan dan ketenangan dalam
hidup beragama.
0 komentar:
Posting Komentar