Jumat, 10 Mei 2013

Penelitian Kajian Tokoh Ahmad hasan



PENELITIAN
AHMAD HASSAN
Diajukan Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Ilmu Kalam 2
Dosen : Nailah Farah M.Ag


Disusun Oleh :
MOH MAHFUDIN
FAKULTAS ADADIN
JURUSAN AKIDAH FILSAFAT
SEMESTER III
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Fax : (0231) 489926
 

KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah ‘Azza wa Jallah, yang telah menciptakan kehidupan ini dari yang tadinya tidak ada menjadi ada dan Yang telah memberi begitu banyak nikmat sehingga kami bisa menyelesaikan tugas (individu) penelitian mata kuliah ILMU KALAM 2, dan shalawat serta salam semoga selalu terpanjatkan untuk baginda Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah berjuang menyiarkan Islam hingga sampai kepada kita sekarang ini.
Penelitian ini saya buat bertujuan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah ILMU KALAM 2 dan sebagai bahan bacaan dalam mempelajari Ilmu kalam (ilmu ke-Tuhanan). Dalam penelitian ini akan di bahas mengenai Ahmad Hassan salah satu tokoh organisasi masyarakat Persatuan Islam atau persis.
            Saya menyadari bahwa penelitian mengenai tokoh persis ini jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun  saya perlukan agar saya menjadi lebih baik dalam menulis karya ilmiah di kemudian hari.
       Harapan saya mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat dalam mempelajari Ilmu Kalam dan mendapatkan ridha dari Allah SWT
Amin…





Cirebon, 26 November 2012

Peneliti

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................................... 5
A. Latar belakang.................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................................... 6
D. Kerangka Pemikiran............................................................................................ 6
E. Metode Penelitian................................................................................................ 6
BAB II : BIOGRAFI AHMAD HASSAN........................................................................ 7
A. Biografi............................................................................................................... 7
B. Latar Belakang Sosial dan Politik.......................................................................... 7
C. Latar Belakang Intelektual dan Pendidikan............................................................. 7
D. karya-karya......................................................................................................... 9
BAB III : PEMIKIRAN KALAM (TEOLOGI) TOKOH............................................. 10
A. Latar Belakang Munculnya Masalah Kalam (Teologi) dalam Islam........................ 10
B. Paradigma Pemikiran Tokoh tentang Kalam (Teologi)........................................... 12
C. Pemikiran Kalam (Teologi) Tokoh....................................................................... 13
D. Analisa Mahasiswa terhadap Pemikiran Kalam (Teologi)nya Ahmad Hassan......... 14

BAB IV : PENUTUP....................................................................................................... 15
A. Kesimpulan....................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS









logo-persis

















BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Munculnya organisasi Islam Persatuan islam (Persis) dalam pentas sejarah di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan pembaharuan Islam.
            Lahirnya Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan) agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.
            Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam.



B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Biografi Ahmad Hassan ?
b. Apa Paradigma Pemikiran Ahmad hassan Tentang Kalam ?
c. Bagaimana Pemikiran Kalam (Teologi) Ahmad Hassan ?
d. Apa Saja Karya-karya Ahmad Hassan ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Mengetahui Biografi Ahmad Hassan
b. Mengetahui Paradigma Pemikiran Ahmad hassan Tentang Kalam (Teologi)
c. Mengetahui Pemikiran Kalam (Teologi) Ahmad Hassan
d. Mengetahui Tujuan Ahmad Hassan Terjun ke Persis
D. Kerangka Pemikiran
Membahas biografi dan Pemikiran Ahmad Hassan secara Tematis
E. Metode Penelitian
Penyusunan penelitian ini berdasarkan data-data yang ada, yang sangat terbatas karena saya kesulitan mencari referensinya.






BAB II BIOGRAFI AHMAD HASSAN

A. Biografi
            Ahmad Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad. Akan tetapi, berdasarkan kelaziman penulisan nama keturunan India di Singapura, yang menuliskan nama orang tua (ayah) di depannya, Hassan bin Ahmad lebih dikenal dengan panggilan Ahmad Hassan.
            Ia lahir di Singapura pada tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia-India. Ibunya bernama Muznah dan Ayahnya bernama Ahmad juga bernama Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam bidang agama Islam dan kesusasteraan Tamil.[1]
            Sang ayah pernah menjadi redaktur majalah Nur al-Islam (sebuah majalah sastra Tamil), selain sebagai penulis beberapa kitab berbahasa Tamil dan beberapa terjemahan dari bahasa Arab. Adapun ibu Ahmad Hassan bernama Muznah, yang berasal dari Palekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Setelah menikah, kedua orang tua Ahmad Hassan ini menetap di Singapura.
B. Latar Belakang Sosial dan Politik
            Berbagai pekerjaan lainnya, ia geluti tanpa rasa lelah. Ia pernah menjadi buruh toko, pedagang tekstil, permata, minyak wangi, bahkan menjadi agen distribusi es dan vulkanisir ban mobil. Ia juga pernah menjadi juru tulis di kantor jamaah haji di Jeddah Pilgrims Office Singapura. Selain itu, ia juga menjadi guru bahasa Melayu dan bahasa Inggris di Pontian Kecil, Sanglang, Benut, dan Johor.
C. Latar Belakang Intelektual dan Pendidikan
            Masa kecil Ahmad Hassan dilewatinya di Singapura. Ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dasar, tetapi tidak sampai lulus. Kemudian ia masuk sekolah Melayu dan menyelesaikannya hingga kelas empat. Ia juga sempat belajar di sekolah dasar pemerintah Inggris sampai tingkat yang sama, sambil belajar bahasa Tamil dari ayahnya.
            Saat mengenyam pendidikan di sekolah Melayu inilah ia belajar bahasa Arab, Melayu, Tamil, dan Inggris. Pada usia tujuh tahun, sebagaimana anak-anak pada umumnya, ia belajar Alquran dan memperdalam agama Islam.
            Pada usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib, seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
            Ahmad Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh. Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
            Selain itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910, menjelang usia 23 tahun.
            Selain memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun 1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura. Ia juga menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913.
Bergabung ke Persis
            Karena lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan kaum muda dan para tokoh SI, usaha dagangnya di Surabaya mengalami kemunduran. Toko yang dikelolanya diserahkan kembali kepada pamannya. Ia kemudian memulai usaha lain dengan membuka perusahaan tambal ban, tetapi tidak lama kemudian tutup.
            Melihat hal ini, kedua orang sahabatnya, Bibi Wantee dan Muallimin, mengirimnya ke Kediri untuk mempelajari pertenunan. Memang saat itu di Surabaya banyak pedagang yang membuka perusahaan tenun.
            Selesai belajar pertenunan di Kediri, ia kemudian melanjutkan ke sekolah pertenunan pemerintah di Bandung. Di kota kembang ini, ia tinggal di keluarga Muhammad Yunus, salah seorang pendiri Persis (Persatuan Islam). Karena itu pula, ia sering mengikuti pengajian-pengajian dalam lingkungan Persis.
            Dengan keadaan itu, tanpa sengaja, Ahmad Hassan telah mendekatkan dirinya pada pusat kegiatan penelaahan dan pengkajian Islam melalui Persis; suatu kegiatan yang tidak ingin ditinggalkannya.
            Dengan persetujuan teman-temannya, ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan tetapi, perusahaan tenun yang didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup. Sejak itulah, minatnya untuk berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah dalam jam’iyyah Persis. Ia memasuki organisasi tersebut pada 1926, tiga tahun setelah organisasi ini berdiri.
D. Karya-karya
- Soal-Jawab,
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.


BAB III PEMIKIRAN KALAM AHMAD HASSAN

A. Latar Belakang Munculnya Masalah kalam dalam Islam
Lahirnya (aliran) teologi Islam adalah reaksi dari skisme (perpecahan) politik umat Islam. Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah ungkapan "al-fitnah al-kubra". Proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Usman Ibn Affan, yang pada akhirnya berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni Ali ibn Abi Thalib. Ketika kedua khalifah tersebut terbunuh, wacana kemelut politik lalu berkembang menjadi wacana agama (teologi).

             Dalam tradisi Islam, penggunaan istilah "teologi" agaknya kurang mengakar, bahkan sebagian kalangan memandang kurang tepat, dibandingkan dengan istilah kalam. Secara etimologis, kalam berasal dari bahasa Arab, yang berarti kata-kata. Artinya, kalam adalah sabda Tuhan, yang pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras dikalangan umat Islam abad IX-X masehi, yang mendorong timbulnya pertikaian sesama umat Muslim. Istilah kalam juga bermakna ‘kata-kata manusia'. Karena dengan kalam (kata-kata), manusia bisa bersilat lidah dalam mempertahankan argumen-argumennya. Meski demikian, kata "teologi" akhirnya dapat diterima dalam bidang kajian Islam.

              Ada sebuah buku terkenal yang menjadi rujukan utama para pemikir intelektual muslim, yaitu al-Milal wa al-Nihal. Karya tersebut ditulis al-Syahrastani yang berbicara tentang sejarah teologi secara komprehensif dan sejumlah aliran-aliran teologi Islam, mulai dari pertumbuhan, perkembangan dan titik kulminasi kemajuannya. Aliran-aliran yang terungkap, tidak saja terbatas pada aliran yang masih eksis (hidup), tetapi juga non-eksis (telah meninggal). Tak kurang dari enam aliran, serta cabang-cabangnya terkupas tuntas oleh al-Syahrastani dalam kitab tersebut.

              

Pembicaraan tentang teologi adalah pembicaraan yang mendasar. Berbeda dengan fiqh, teologi merupakan bahasan seputar aspek ushul (pokok atau pondasi agama). Sementara fiqh, tinjauannya cenderung masalah furu' (cabang atau ranting). Sudah barang tentu kajian teologi adalah menyangkut pembahasan soal ke-Tuhanan, soal iman-kafir, siapa yang sebenarnya Muslim dan masih tetap dalam Islam, dan siapa yang sebenarnya kafir dan telah keluar dari Islam. Selain itu, pembahasan juga diarahkan mengenai posisi orang Muslim yang mengerjakan hal-hal yang haram dan mengenai orang kafir yang mengerjakan hal-hal yang baik.
            Karakteristik masalah di atas pada akhirnya melahirkan sebuah perdebatan teologis. Aliran Khawarij misalnya,-kelompok yang memisahkan diri (seceders) dari barisan Ali ibn Abi Thalib, - menuding bahwa Ali ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah beserta pengikut-pengikutnya, adalah kafir, sebab telah berbuat salah dan dosa besar. Alasannya, karena mereka tidak memutuskan perkara (persekutuan, peperangan) dengan hukum Allah.
Tak lama kemudian, lahirlah aliran Murji'ah. Sebuah aliran "moderat" yang berusaha memandang bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin, karena penentuan dosa besar atau tidak, hanyalah hak prerogatif Tuhan. Dengan demikian, soal telah kafir atau tetap mukmin adalah urusan Tuhan, bukan urusan manusia. Sesuai dengan akar katanya ‘raja-yarju', artinya menunda atau menangguhkan. Yaitu menangguhkan keputusan tersebut sampai hari akhir, dan Tuhan sebagai hakim di kemudian hari kelak yang akan menentukan perkara tersebut .
Masih mengenai persoalan di atas, akhirnya muncul lagi aliran ketiga yakni Mu'tazilah. Sebuah aliran ‘rasionalis' yang berpandangan bahwa orang yang berbuat dosa besar ditempatkan pada posisi "netral" yaitu posisi antara kafir dan mukmin atau tidak kafir tapi juga tidak mukmin. Dalam ajaran Mu'tazilah posisi netral itu disebut al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi). Seseorang tidak boleh menganggap bahwa keburukan dan ketidakadilan, tidak beriman atau dosa itu berasal dari Tuhan, sebab sekiranya Dia (Tuhan) menciptakan ketidakadilan, maka Dia menjadi tidak adil.
Mu'tazilah juga punya paham al-wa'd wa al-wa'id (janji dan ancaman), bahwa Tuhan pasti akan memenuhi janji dan ancamannya di hari akhir. Selain itu, ada paham al-Adl (keadilan), al-Tauhid (ke-Maha Esaan Tuhan), dan al-‘Amr bi al-Ma'ruf wa Nahy ‘an Munkar (perintah melakukan kebajikan dan larangan menjauhi kejelekan).
Namun, paham yang dikemukakan Mu'tazilah, akhirnya ditentang oleh pengikut aliran Asy'ariah. Aliran Asy'ariah berpaham bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan, paham ini disebut al-kasb. Dalam mewujudkan perbuatan yang diciptakan itu, daya yang ada dalam diri manusia tidak punya pengaruh atau efek. Asy'ariyah juga menolak paham Mu'atazilah tentang al-wa'd wa al-wa'id (janji dan ancaman), keadilan Tuhan (al-‘Adl). Lebih-lebih terhadap paham Mu'tazilah tentang ‘posisi netral' (al-manzilah bain al-manzilatain).
Tak pelak lagi, lahirlah dua aliran "raksasa" yang termashur sampai saat ini menjadi pisau analisis, yaitu Qadariah dan Jabariah. Dua aliran yang masing-masing pandangannya selalu bertolak belakang secara diametral. Qadariyah memandang bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluq yang punya kemerdekaan dalam kehendak (free will) dan perbuatannya (free act). Sebaliknya, Jabariah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak, dan segala tingkah lakunya merupakan paksaan dari Tuhan, sehingga pahamnya dikenal predestination atau fatalism.
Pada bagian akhir dari ulasan buku tersebut di atas, ditutup dengan menghadirkan aliran Syi'ah. Aliran ini adalah pengikut setia Ali ibn Abi Thalib. Paham-paham doktrinnya banyak berbicara mengenai masalah politik. Soal Khilafah dan Imamah misalnya, bahwa seorang pemimpin itu harus terbebas atau terjaga dari perbuatan dosa (ma'shum), dan harus memiliki garis keturunan Ali.
Secara garis besarnya, aliran Syi'ah dapat dipetakan menjadi lima golongan, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, Ghulat, dan Ismailiyah. Dari kelima golongan tersebut, sebagian berpaham Mu'tazilah, sebagian lagi berpaham ortodoks, yang sebagian yang lain berpaham antropomorfisme (tasybiyah).

B. Paradigma Pemikiran Ahmad Hassan tentang Kalam
            Ia berpendapat bahwa, ajaran Islam harus sesuai dan harus dikembalikan kepada sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah dengan berupaya untuk memberantas tradisi-tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar sampai ke akar-akarnya, sehingga  menyebabkan Persatuan islam banyak dibenci bahkan di “takuti” oleh masyarakat, yang menyebabkan perkembangan Persis baik dari sisi organisasi maupun dari jumlah anggota tidak mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Tidak seperti organisasi keagamaan yang lain yang masih mempunyai toleransi terhadap tradisi-tradisi yang ada, sehingga mereka mudah diterima oleh masyarakat dan menjadi ormas yang besar di Indonesia.
C. Pemikiran Kalam Ahmad Hassan
Perseteruan kaum muda dan tua
            Pada tahun 1921, ia hijrah dari Singapura ke Surabaya untuk meneruskan usaha tekstil milik pamannya. Pada masa itu, Surabaya menjadi tempat pertikaian antara ‘kaum muda’ dan ‘kaum tua’ dalam masalah agama. Kaum muda dipelopori oleh Faqih Hasyim, seorang pendatang yang menaruh perhatian besar dalam masalah keagamaan.
            Di Surabaya, Faqih Hasyim memimpin kaum muda dalam upayanya melakukan gerakan pembaruan pemikiran Islam melalui tukar pikiran, tabligh, dan diskusi-diskusi keagamaan. Kaum muda di Surabaya ini mendapat pengaruh pembaharuan Islam dari tulisan-tulisan Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay (ketiganya dari Sumatra), dan Ahmad Surkati (tokoh Persis lainnya).
           
            Dari Kiai Haji Abdul Wahab–seorang ulama di Surabaya yang di kemudian hari menjadi tokoh Nahdlatul Ulama (NU), ia mengetahui pokok persoalan yang menyulut pertikaian antara kaum muda dan kaum tua. Kiai Wahab mengungkapkan pelafalan ushalli (pembacaan niat dengan bersuara yang dilakukan sebelum shalat) yang dipraktikkan oleh kaum tua sebagai salah satu contoh pertentangan itu.
            Kaum muda menolak praktik  ushalli ini. Sebab, menurut mereka, tidak ada dasarnya dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Dalam pandangan mereka, agar dapat disebut agama, keberagamaan hendaklah didasarkan pada Al-Quran dan hadis sahih. Karena ushalli merupakan hal baru yang diperkenalkan oleh ulama yang datang kemudian dan tidak terdapat dalam kedua sumber hukum tersebut, kaum muda menolaknya dan menilainya sebagai amalan yang tidak perlu dilakukan.
            Pembicaraan dengan Kiai Wahab itu, mendorong Ahmad Hassan untuk berpikir lebih jauh tentang masalah tersebut. Setelah melakukan penelitian terhadap Al-Quran dan hadis sahih, ia sampai pada kesimpulan bahwa pendapat kaum mudalah yang benar. Sejak saat itu, ia lebih banyak bergaul dengan Faqih Hasyim dan kaum muda lainnya. Dalam kesempatan lain, ia sering juga bergaul dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam (SI), seperti HOS Tjokroaminoto, AM Sangadji, Bakri Suroatmodjo, dan Wondoamiseno.

D. Analisa Mahasiswa terhadap Pemikiran Kalam Ahmad Hassan
            Ahmad Hassan memiliki pandangan yang sama dengan  aliran Wahabiyah, tampil berdakwah sekaligus menentang segala praktik-praktik keagamaan yang berasal dari luar ajaran Islam,  taklid, jumud, tahayul, bid’ah dan syirik. Selain berupaya memurnikan akidah umat islam, ia juga berperan dalam menentang imperialis barat, kerajaan protestan Belanda dan pemerintahan kolonial Belanda yang bercokol di Indonesia. Para Ulama aktivitis organisasi ini, semuanya berupaya membangkitkan kesadaran beragama, kesadaran berbangsa, dan bernegara serta menumbuhkan kesadaran bersyariah Islam.
           

            Ia merupakan pendebat ulung yang terkenal dengan sikap dan pendiriannya yang sangat keras dan konsisten, ia tidak segan-segan menolak berbagai hal yang diyakininya bertentangan dengan Islam, mulai dari masalah ibadah sampai masalah politik. Ia pernah berdebat dengan tokoh-tokoh teras Ahmadiyah seperti Rahmat Ali, Abu Bakar Ayyub, dan Abdul Razak, hasilnya tokoh yang ketiga (Abdul Razak) bertaubat dan mengundurkan diri dari Ahmadiyah Qadiyan. Demikian juga A. Hasan melakukan perdebatan dengan pihak Kristen, sevant day Adventist mengenai kebenaran agama Kristen dan Bibel. Selain itu, tokoh-tokoh pemikir Belanda pun ia ladeni seperti dengan Dierhuis, Eisink dan Prof. Schoemaker. Tak ketinggalan pula dengan orang-orang atheis juga ia hadapi. Bahkan Presiden Soekarno pun tak luput dari di dakwahi. Ketika soekarno di buang ke Endeh Flores.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
            Ahmad Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad, Ia lahir di Singapura pada tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia-India. Ayahnya bernama Ahmad, juga bernama Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam bidang agama Islam dan kesusasteraan Tamil, ibunya bernama Muznah
            Ia belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam, dan juga belajar nahwu dan sharaf . tak ketinggalan pula belajar menenun untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan tetapi, perusahaan tenun yang didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup. Sejak itulah, minatnya untuk berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah dalam jam’iyyah Persis. Ia memasuki organisasi tersebut pada 1926, tiga tahun setelah organisasi ini berdiri.
Karya-karyanya:


- Soal-Jawab,
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.



            Ahmad Hassan berpendapat bahwa, ajaran Islam harus sesuai dan harus dikembalikan kepada sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah dengan berupaya untuk memberantas tradisi-tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar sampai ke akar-akarnya. Pemikirannya ini mirip dengan aliran wahabi, yaitu berdakwah sekaligus menentang segala praktik-praktik keagamaan yang berasal dari luar ajaran Islam,  taklid, jumud, tahayul, bid’ah dan syirik.
B. Saran-saran
            Saya menyadari bahwa penelitian mengenai tokoh persis ini jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun  saya perlukan agar saya menjadi lebih baik dalam menulis karya ilmiah di kemudian hari.

















DAFTAR PUSTAKA
Delia Noer, 1996, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, LP3ES, jakarta
Ahmad Mansur Suryanegara, 2009. Api Sejarah. Salamadani: Jakarta
Kahin, 1978. Natsir, 70 tahun kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan
Lamlam Pahala, 2010. Memajukan Persatuan Islam. Admin website persis. www.persis.co.id















BIODATA PENULIS
Nama : MOH MAHFUDIN
Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 02 Februari 1993
Alamat : Ds. Gunung sari kec Sukagumiwang jab.Indramayu

Kampus : IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Fakultas/jurusan/semester : Addin/Akidah Filsafat/3
Hobby : mendengrkan nasehat, curhat, refleksi/kontemplasi, merenung, tidur dll.
Cita-cita : Mengetahui jatidiri dan hakikat hidup yang sebenarnya lalu mengaplikasikannya pada kehidupan nyata.
Pendidikan :
1.      Madrasah Ibtida’iyah Guppi nyongat  Indramayu (1999-2005).
2.      Madrasah Tsanawiyah Negeri Babakan Ciwaringin Cirebon (2005-2008).
3.      Madrasah Aliah Model Babakan Ciwaringin Cirebon  (2008-2011).
4.      IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2011-sekarang).


[1] Delia Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia, LP3ES, 1996, h. 97

0 komentar:

Posting Komentar