PENELITIAN
AHMAD HASSAN
Diajukan
Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Ilmu Kalam 2
Dosen : Nailah
Farah M.Ag
Disusun Oleh
:
MOH MAHFUDIN
FAKULTAS
ADADIN
JURUSAN
AKIDAH FILSAFAT
SEMESTER
III
Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Fax : (0231) 489926
Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon - Jawa Barat 45132
Telp : (0231) 481264 Fax : (0231) 489926
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah ‘Azza wa
Jallah, yang telah menciptakan kehidupan ini dari yang tadinya tidak ada
menjadi ada dan Yang telah memberi begitu banyak nikmat sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas (individu) penelitian mata kuliah ILMU KALAM 2, dan
shalawat serta salam semoga selalu terpanjatkan untuk baginda Nabi besar
Muhammad SAW. Yang telah berjuang menyiarkan Islam hingga sampai kepada kita
sekarang ini.
Penelitian ini saya buat bertujuan untuk
memenuhi tugas individu mata kuliah ILMU KALAM 2 dan sebagai bahan bacaan dalam
mempelajari Ilmu kalam (ilmu ke-Tuhanan). Dalam penelitian ini akan di bahas mengenai
Ahmad Hassan salah satu tokoh organisasi masyarakat Persatuan Islam atau
persis.
Saya menyadari bahwa penelitian
mengenai tokoh persis ini jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun
saya perlukan agar saya menjadi lebih baik dalam menulis karya ilmiah di
kemudian hari.
Harapan
saya mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat dalam mempelajari Ilmu Kalam dan
mendapatkan ridha dari Allah SWT
Amin…
Cirebon,
26 November 2012
Peneliti
DAFTAR ISI
BAB 1 : PENDAHULUAN............................................................................................... 5
A. Latar belakang.................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................................... 6
D. Kerangka Pemikiran............................................................................................ 6
E. Metode Penelitian................................................................................................ 6
BAB II : BIOGRAFI AHMAD HASSAN........................................................................ 7
A. Biografi............................................................................................................... 7
B. Latar Belakang Sosial dan Politik.......................................................................... 7
C. Latar Belakang Intelektual dan Pendidikan............................................................. 7
D. karya-karya......................................................................................................... 9
BAB III : PEMIKIRAN KALAM (TEOLOGI)
TOKOH............................................. 10
A. Latar Belakang Munculnya Masalah Kalam (Teologi) dalam Islam........................ 10
B. Paradigma Pemikiran Tokoh tentang Kalam (Teologi)........................................... 12
C. Pemikiran Kalam (Teologi) Tokoh....................................................................... 13
D. Analisa Mahasiswa terhadap Pemikiran Kalam (Teologi)nya Ahmad Hassan......... 14
BAB IV : PENUTUP....................................................................................................... 15
A. Kesimpulan....................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Munculnya
organisasi Islam Persatuan islam (Persis) dalam pentas sejarah di Indonesia
pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan
pembaruan Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat
Islam yang tenggelam dalam kejumudan (kemandegan berfikir), terperosok ke dalam
kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah,
takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat Islam
terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya
Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi”
Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi
masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan pembaharuan Islam.
Lahirnya
Persis Diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan (penalaahan) agama
Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, dan
kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan
syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah
organisasi baru dengan cirri dan karateristik yang khas.
Pada
tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1342 H, kelompok
tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan
Islam” (Persis). Nama persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan
ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan
dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita-cita organisasi, yaitu
persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan
persatuan usaha Islam.
B. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana Biografi Ahmad Hassan ?
b. Apa Paradigma Pemikiran Ahmad
hassan Tentang Kalam ?
c. Bagaimana Pemikiran Kalam
(Teologi) Ahmad Hassan ?
d. Apa Saja Karya-karya Ahmad Hassan
?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Mengetahui Biografi Ahmad Hassan
b. Mengetahui Paradigma Pemikiran
Ahmad hassan Tentang Kalam (Teologi)
c. Mengetahui Pemikiran Kalam
(Teologi) Ahmad Hassan
d. Mengetahui Tujuan Ahmad
Hassan Terjun ke Persis
D. Kerangka Pemikiran
Membahas biografi dan Pemikiran
Ahmad Hassan secara Tematis
E. Metode
Penelitian
Penyusunan penelitian ini
berdasarkan data-data yang ada, yang sangat terbatas karena saya kesulitan
mencari referensinya.
BAB II BIOGRAFI
AHMAD HASSAN
A. Biografi
Ahmad
Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad. Akan tetapi, berdasarkan
kelaziman penulisan nama keturunan India di Singapura, yang menuliskan nama
orang tua (ayah) di depannya, Hassan bin Ahmad lebih dikenal dengan panggilan
Ahmad Hassan.
Ia
lahir di Singapura pada tahun 1887, berasal dari keluarga campuran
Indonesia-India. Ibunya bernama Muznah dan Ayahnya bernama Ahmad juga bernama
Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam bidang agama Islam
dan kesusasteraan Tamil.[1]
Sang
ayah pernah menjadi redaktur majalah Nur al-Islam
(sebuah majalah sastra Tamil), selain sebagai penulis beberapa kitab berbahasa
Tamil dan beberapa terjemahan dari bahasa Arab. Adapun ibu Ahmad Hassan bernama
Muznah, yang berasal dari Palekat Madras, tetapi lahir di Surabaya. Setelah
menikah, kedua orang tua Ahmad Hassan ini menetap di Singapura.
B. Latar
Belakang Sosial dan Politik
Berbagai
pekerjaan lainnya, ia geluti tanpa rasa lelah. Ia pernah menjadi buruh toko,
pedagang tekstil, permata, minyak wangi, bahkan menjadi agen distribusi es dan
vulkanisir ban mobil. Ia juga pernah menjadi juru tulis di kantor jamaah haji
di Jeddah Pilgrims Office Singapura. Selain itu, ia juga menjadi guru bahasa
Melayu dan bahasa Inggris di Pontian Kecil, Sanglang, Benut, dan Johor.
C. Latar
Belakang Intelektual dan Pendidikan
Masa
kecil Ahmad Hassan dilewatinya di Singapura. Ia sempat mengenyam pendidikan
sekolah dasar, tetapi tidak sampai lulus. Kemudian ia masuk sekolah Melayu dan
menyelesaikannya hingga kelas empat. Ia juga sempat belajar di sekolah dasar
pemerintah Inggris sampai tingkat yang sama, sambil belajar bahasa Tamil dari
ayahnya.
Saat
mengenyam pendidikan di sekolah Melayu inilah ia belajar bahasa Arab, Melayu,
Tamil, dan Inggris. Pada usia tujuh tahun, sebagaimana anak-anak pada umumnya,
ia belajar Alquran dan memperdalam agama Islam.
Pada
usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik
iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha
menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang
Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib,
seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
Ahmad
Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf
dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam
menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh.
Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu
dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa
Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
Selain
itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal
di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari
Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan
memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910,
menjelang usia 23 tahun.
Selain
memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan
melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun
1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak
di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura. Ia juga menjadi guru
tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913.
Bergabung ke Persis
Karena
lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdiskusi dengan kaum muda dan para
tokoh SI, usaha dagangnya di Surabaya mengalami kemunduran. Toko yang
dikelolanya diserahkan kembali kepada pamannya. Ia kemudian memulai usaha lain
dengan membuka perusahaan tambal ban, tetapi tidak lama kemudian tutup.
Melihat
hal ini, kedua orang sahabatnya, Bibi Wantee dan Muallimin, mengirimnya ke
Kediri untuk mempelajari pertenunan. Memang saat itu di Surabaya banyak
pedagang yang membuka perusahaan tenun.
Selesai
belajar pertenunan di Kediri, ia kemudian melanjutkan ke sekolah pertenunan
pemerintah di Bandung. Di kota kembang ini, ia tinggal di keluarga Muhammad
Yunus, salah seorang pendiri Persis (Persatuan Islam). Karena itu pula, ia
sering mengikuti pengajian-pengajian dalam lingkungan Persis.
Dengan
keadaan itu, tanpa sengaja, Ahmad Hassan telah mendekatkan dirinya pada pusat
kegiatan penelaahan dan pengkajian Islam melalui Persis; suatu kegiatan yang
tidak ingin ditinggalkannya.
Dengan
persetujuan teman-temannya, ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan
tetapi, perusahaan tenun yang didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup.
Sejak itulah, minatnya untuk berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia
mengabdikan dirinya dalam penelaahan dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah
dalam jam’iyyah Persis. Ia memasuki organisasi tersebut
pada 1926, tiga tahun setelah organisasi ini berdiri.
D.
Karya-karya
- Soal-Jawab,
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.
BAB III PEMIKIRAN KALAM AHMAD HASSAN
A. Latar
Belakang Munculnya Masalah kalam dalam Islam
Lahirnya (aliran)
teologi Islam adalah reaksi dari skisme (perpecahan) politik umat Islam.
Tragedi skisme itu terabadikan dalam sebuah ungkapan "al-fitnah
al-kubra". Proses skisme itu berawal dari terbunuhnya Usman Ibn Affan,
yang pada akhirnya berimplikasi serupa terhadap khalifah keempat yakni Ali ibn
Abi Thalib. Ketika kedua khalifah tersebut terbunuh, wacana kemelut politik
lalu berkembang menjadi wacana agama (teologi).
Dalam tradisi Islam, penggunaan istilah "teologi" agaknya kurang mengakar, bahkan sebagian kalangan memandang kurang tepat, dibandingkan dengan istilah kalam. Secara etimologis, kalam berasal dari bahasa Arab, yang berarti kata-kata. Artinya, kalam adalah sabda Tuhan, yang pernah menimbulkan pertentangan-pertentangan keras dikalangan umat Islam abad IX-X masehi, yang mendorong timbulnya pertikaian sesama umat Muslim. Istilah kalam juga bermakna ‘kata-kata manusia'. Karena dengan kalam (kata-kata), manusia bisa bersilat lidah dalam mempertahankan argumen-argumennya. Meski demikian, kata "teologi" akhirnya dapat diterima dalam bidang kajian Islam.
Ada sebuah buku terkenal yang menjadi rujukan utama para pemikir intelektual muslim, yaitu al-Milal wa al-Nihal. Karya tersebut ditulis al-Syahrastani yang berbicara tentang sejarah teologi secara komprehensif dan sejumlah aliran-aliran teologi Islam, mulai dari pertumbuhan, perkembangan dan titik kulminasi kemajuannya. Aliran-aliran yang terungkap, tidak saja terbatas pada aliran yang masih eksis (hidup), tetapi juga non-eksis (telah meninggal). Tak kurang dari enam aliran, serta cabang-cabangnya terkupas tuntas oleh al-Syahrastani dalam kitab tersebut.
Pembicaraan
tentang teologi adalah pembicaraan yang mendasar. Berbeda dengan fiqh, teologi
merupakan bahasan seputar aspek ushul (pokok atau pondasi agama). Sementara
fiqh, tinjauannya cenderung masalah furu' (cabang atau ranting). Sudah barang
tentu kajian teologi adalah menyangkut pembahasan soal ke-Tuhanan, soal
iman-kafir, siapa yang sebenarnya Muslim dan masih tetap dalam Islam, dan siapa
yang sebenarnya kafir dan telah keluar dari Islam. Selain itu, pembahasan juga
diarahkan mengenai posisi orang Muslim yang mengerjakan hal-hal yang haram dan
mengenai orang kafir yang mengerjakan hal-hal yang baik.
Karakteristik masalah di atas pada akhirnya melahirkan sebuah perdebatan teologis. Aliran Khawarij misalnya,-kelompok yang memisahkan diri (seceders) dari barisan Ali ibn Abi Thalib, - menuding bahwa Ali ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah beserta pengikut-pengikutnya, adalah kafir, sebab telah berbuat salah dan dosa besar. Alasannya, karena mereka tidak memutuskan perkara (persekutuan, peperangan) dengan hukum Allah.
Karakteristik masalah di atas pada akhirnya melahirkan sebuah perdebatan teologis. Aliran Khawarij misalnya,-kelompok yang memisahkan diri (seceders) dari barisan Ali ibn Abi Thalib, - menuding bahwa Ali ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah beserta pengikut-pengikutnya, adalah kafir, sebab telah berbuat salah dan dosa besar. Alasannya, karena mereka tidak memutuskan perkara (persekutuan, peperangan) dengan hukum Allah.
Tak lama
kemudian, lahirlah aliran Murji'ah. Sebuah aliran "moderat" yang
berusaha memandang bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap mukmin, karena
penentuan dosa besar atau tidak, hanyalah hak prerogatif Tuhan. Dengan
demikian, soal telah kafir atau tetap mukmin adalah urusan Tuhan, bukan urusan
manusia. Sesuai dengan akar katanya ‘raja-yarju', artinya menunda atau menangguhkan.
Yaitu menangguhkan keputusan tersebut sampai hari akhir, dan Tuhan sebagai
hakim di kemudian hari kelak yang akan menentukan perkara tersebut .
Masih mengenai
persoalan di atas, akhirnya muncul lagi aliran ketiga yakni Mu'tazilah. Sebuah
aliran ‘rasionalis' yang berpandangan bahwa orang yang berbuat dosa besar
ditempatkan pada posisi "netral" yaitu posisi antara kafir dan mukmin
atau tidak kafir tapi juga tidak mukmin. Dalam ajaran Mu'tazilah posisi netral
itu disebut al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi).
Seseorang tidak boleh menganggap bahwa keburukan dan ketidakadilan, tidak
beriman atau dosa itu berasal dari Tuhan, sebab sekiranya Dia (Tuhan)
menciptakan ketidakadilan, maka Dia menjadi tidak adil.
Mu'tazilah juga
punya paham al-wa'd wa al-wa'id (janji dan ancaman), bahwa Tuhan pasti akan
memenuhi janji dan ancamannya di hari akhir. Selain itu, ada paham al-Adl
(keadilan), al-Tauhid (ke-Maha Esaan Tuhan), dan al-‘Amr bi al-Ma'ruf wa Nahy
‘an Munkar (perintah melakukan kebajikan dan larangan menjauhi kejelekan).
Namun, paham
yang dikemukakan Mu'tazilah, akhirnya ditentang oleh pengikut aliran Asy'ariah.
Aliran Asy'ariah berpaham bahwa perbuatan manusia merupakan ciptaan Tuhan,
paham ini disebut al-kasb. Dalam mewujudkan perbuatan yang diciptakan itu, daya
yang ada dalam diri manusia tidak punya pengaruh atau efek. Asy'ariyah juga
menolak paham Mu'atazilah tentang al-wa'd wa al-wa'id (janji dan ancaman),
keadilan Tuhan (al-‘Adl). Lebih-lebih terhadap paham Mu'tazilah tentang ‘posisi
netral' (al-manzilah bain al-manzilatain).
Tak pelak lagi,
lahirlah dua aliran "raksasa" yang termashur sampai saat ini menjadi
pisau analisis, yaitu Qadariah dan Jabariah. Dua aliran yang masing-masing
pandangannya selalu bertolak belakang secara diametral. Qadariyah memandang
bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluq yang punya kemerdekaan dalam
kehendak (free will) dan perbuatannya (free act). Sebaliknya, Jabariah
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kehendak, dan segala tingkah lakunya
merupakan paksaan dari Tuhan, sehingga pahamnya dikenal predestination atau
fatalism.
Pada bagian
akhir dari ulasan buku tersebut di atas, ditutup dengan menghadirkan aliran
Syi'ah. Aliran ini adalah pengikut setia Ali ibn Abi Thalib. Paham-paham
doktrinnya banyak berbicara mengenai masalah politik. Soal Khilafah dan Imamah
misalnya, bahwa seorang pemimpin itu harus terbebas atau terjaga dari perbuatan
dosa (ma'shum), dan harus memiliki garis keturunan Ali.
Secara garis
besarnya, aliran Syi'ah dapat dipetakan menjadi lima golongan, yaitu
Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, Ghulat, dan Ismailiyah. Dari kelima golongan
tersebut, sebagian berpaham Mu'tazilah, sebagian lagi berpaham ortodoks, yang
sebagian yang lain berpaham antropomorfisme (tasybiyah).
B. Paradigma
Pemikiran Ahmad Hassan tentang Kalam
Ia
berpendapat bahwa, ajaran Islam harus sesuai dan harus dikembalikan kepada
sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah dengan berupaya untuk
memberantas tradisi-tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam
yang benar sampai ke akar-akarnya, sehingga menyebabkan Persatuan islam
banyak dibenci bahkan di “takuti” oleh masyarakat, yang menyebabkan
perkembangan Persis baik dari sisi organisasi maupun dari jumlah anggota tidak
mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Tidak seperti organisasi
keagamaan yang lain yang masih mempunyai toleransi terhadap tradisi-tradisi
yang ada, sehingga mereka mudah diterima oleh masyarakat dan menjadi ormas yang
besar di Indonesia.
C. Pemikiran
Kalam Ahmad Hassan
Perseteruan
kaum muda dan tua
Pada
tahun 1921, ia hijrah dari Singapura ke Surabaya untuk meneruskan usaha tekstil
milik pamannya. Pada masa itu, Surabaya menjadi tempat pertikaian antara ‘kaum
muda’ dan ‘kaum tua’ dalam masalah agama. Kaum muda dipelopori oleh Faqih
Hasyim, seorang pendatang yang menaruh perhatian besar dalam masalah keagamaan.
Di
Surabaya, Faqih Hasyim memimpin kaum muda dalam upayanya melakukan gerakan
pembaruan pemikiran Islam melalui tukar pikiran, tabligh, dan diskusi-diskusi
keagamaan. Kaum muda di Surabaya ini mendapat pengaruh pembaharuan Islam dari
tulisan-tulisan Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah, Zainuddin Labay
(ketiganya dari Sumatra), dan Ahmad Surkati (tokoh Persis lainnya).
Dari
Kiai Haji Abdul Wahab–seorang ulama di Surabaya yang di kemudian hari menjadi
tokoh Nahdlatul Ulama (NU), ia mengetahui pokok persoalan yang menyulut
pertikaian antara kaum muda dan kaum tua. Kiai Wahab mengungkapkan pelafalan
ushalli (pembacaan niat dengan bersuara yang dilakukan sebelum shalat) yang
dipraktikkan oleh kaum tua sebagai salah satu contoh pertentangan itu.
Kaum
muda menolak praktik ushalli
ini. Sebab, menurut mereka, tidak ada dasarnya dalam Al-Quran dan hadis Nabi.
Dalam pandangan mereka, agar dapat disebut agama, keberagamaan hendaklah
didasarkan pada Al-Quran dan hadis sahih. Karena ushalli
merupakan hal baru yang diperkenalkan oleh ulama yang datang kemudian dan tidak
terdapat dalam kedua sumber hukum tersebut, kaum muda menolaknya dan menilainya
sebagai amalan yang tidak perlu dilakukan.
Pembicaraan
dengan Kiai Wahab itu, mendorong Ahmad Hassan untuk berpikir lebih jauh tentang
masalah tersebut. Setelah melakukan penelitian terhadap Al-Quran dan hadis
sahih, ia sampai pada kesimpulan bahwa pendapat kaum mudalah yang benar. Sejak
saat itu, ia lebih banyak bergaul dengan Faqih Hasyim dan kaum muda lainnya.
Dalam kesempatan lain, ia sering juga bergaul dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam
(SI), seperti HOS Tjokroaminoto, AM Sangadji, Bakri Suroatmodjo, dan
Wondoamiseno.
D. Analisa
Mahasiswa terhadap Pemikiran Kalam Ahmad Hassan
Ahmad
Hassan memiliki pandangan yang sama dengan
aliran Wahabiyah, tampil berdakwah sekaligus menentang segala
praktik-praktik keagamaan yang berasal dari luar ajaran Islam, taklid, jumud, tahayul, bid’ah dan syirik.
Selain berupaya memurnikan akidah umat islam, ia juga berperan dalam menentang
imperialis barat, kerajaan protestan Belanda dan pemerintahan kolonial Belanda
yang bercokol di Indonesia. Para Ulama aktivitis organisasi ini, semuanya berupaya
membangkitkan kesadaran beragama, kesadaran berbangsa, dan bernegara serta
menumbuhkan kesadaran bersyariah Islam.
Ia
merupakan pendebat ulung yang terkenal dengan sikap dan pendiriannya yang
sangat keras dan konsisten, ia tidak segan-segan menolak berbagai hal yang
diyakininya bertentangan dengan Islam, mulai dari masalah ibadah sampai masalah
politik. Ia pernah berdebat dengan tokoh-tokoh teras Ahmadiyah seperti Rahmat
Ali, Abu Bakar Ayyub, dan Abdul Razak, hasilnya tokoh yang ketiga (Abdul Razak)
bertaubat dan mengundurkan diri dari Ahmadiyah Qadiyan. Demikian juga A. Hasan
melakukan perdebatan dengan pihak Kristen, sevant day Adventist mengenai
kebenaran agama Kristen dan Bibel. Selain itu, tokoh-tokoh pemikir Belanda pun
ia ladeni seperti dengan Dierhuis, Eisink dan Prof. Schoemaker. Tak
ketinggalan pula dengan orang-orang atheis juga ia hadapi. Bahkan Presiden
Soekarno pun tak luput dari di dakwahi. Ketika soekarno di buang ke Endeh
Flores.
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ahmad
Hassan yang sebenarnya adalah Hassan bin Ahmad, Ia lahir di Singapura pada
tahun 1887, berasal dari keluarga campuran Indonesia-India. Ayahnya bernama
Ahmad, juga bernama Sinna Vappu Maricar, seorang penulis yang cukup ahli dalam
bidang agama Islam dan kesusasteraan Tamil, ibunya bernama Muznah
Ia
belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk
memperdalam pengetahuan tentang Islam, dan juga belajar nahwu dan sharaf . tak
ketinggalan pula belajar menenun untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
ia mengalihkan usaha tenunnya di Bandung. Akan tetapi, perusahaan tenun yang
didirikannya gagal sehingga terpaksa ditutup. Sejak itulah, minatnya untuk
berusaha tidak muncul lagi. Akhirnya, ia mengabdikan dirinya dalam penelaahan
dan pengkajian Islam dengan cara berkiprah dalam jam’iyyah
Persis. Ia memasuki organisasi tersebut pada 1926, tiga tahun setelah
organisasi ini berdiri.
Karya-karyanya:
- Soal-Jawab,
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.
- Tafsir al-Furqan,
- Pengajaran Shalat dan
- At-Tauhid,
- Islam dan Kebangsaan,
- Madzhab dan Taklid,
- Risalah ahmadiah,
- Bibel Lawan Bibel,
- Wanita di podium,
- Dan lain-lain.
Ahmad
Hassan berpendapat bahwa, ajaran Islam harus sesuai dan harus dikembalikan
kepada sumbernya yang asli yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah dengan berupaya untuk
memberantas tradisi-tradisi masyarakat yang bertentangan dengan ajaran Islam
yang benar sampai ke akar-akarnya. Pemikirannya ini mirip dengan aliran wahabi,
yaitu berdakwah sekaligus menentang segala praktik-praktik keagamaan yang
berasal dari luar ajaran Islam, taklid,
jumud, tahayul, bid’ah dan syirik.
B.
Saran-saran
Saya
menyadari bahwa penelitian mengenai tokoh persis ini jauh dari kesempurnaan
dalam penyusunannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun saya perlukan agar saya menjadi lebih baik
dalam menulis karya ilmiah di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Delia Noer, 1996, Gerakan Moderen Islam di Indonesia,
LP3ES, jakarta
Ahmad Mansur Suryanegara, 2009. Api
Sejarah. Salamadani: Jakarta
Kahin, 1978. Natsir,
70 tahun kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan
Lamlam Pahala, 2010. Memajukan
Persatuan Islam. Admin website persis. www.persis.co.id
BIODATA PENULIS
Nama : MOH MAHFUDIN
Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 02 Februari 1993
Alamat : Ds. Gunung sari kec Sukagumiwang jab.Indramayu
Kampus : IAIN Syekh Nurjati
Cirebon
Fakultas/jurusan/semester :
Addin/Akidah Filsafat/3
Hobby : mendengrkan nasehat, curhat,
refleksi/kontemplasi, merenung, tidur dll.
Cita-cita : Mengetahui jatidiri
dan hakikat hidup yang sebenarnya lalu mengaplikasikannya pada kehidupan nyata.
Pendidikan :
1. Madrasah Ibtida’iyah Guppi nyongat Indramayu (1999-2005).
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri Babakan Ciwaringin Cirebon (2005-2008).
3. Madrasah Aliah Model Babakan Ciwaringin Cirebon (2008-2011).
4. IAIN Syekh Nurjati Cirebon (2011-sekarang).
0 komentar:
Posting Komentar